Orang yang berdakwah mengajak kepada agama Allah harus bersabar
menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat
itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin
Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana
yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang.”
Sehingga
jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak
kesyirikan tegak di hadapannya, begitu pula para pengikut dan
orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Begitu pula
jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan
ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta
orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.
Mereka
semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah
menghalangi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama
ini mereka tekuni.” (Taisirul wushul, hal. 13-14)
Ingatlah
bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang
teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar
oleh majikannya di atas padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan
Kebenaran, hal. 122). Ingatlah bagaimana siksaan tidak
berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya.
Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati
sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah. (Lihat Tegar di
Jalan Kebenaran, hal. 122-123)
Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan
Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak
mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi
Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki
seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan
meninggalkan agama ini…” (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133)
Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh
menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.
Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari
ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara
yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan,
itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami para ulama
pembela dakwah tauhid di masa silam
Mereka disakiti, diperangi,
didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan.
Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai
meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah
menggoyahkan pilar keimanan mereka.
Ingatlah firman Allah
ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 102).
Ingatlah juga janji Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan keluar dan Allah akan
berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (QS.
Ath Thalaq [65] : 2-3).
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya
datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan
pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada
kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah
Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain,
III/624)
0 Komentar untuk "TEGAR DIATAS JALAN KEBENARAN"