MENGUTAMAKAN KEBAHAGIAAN DI AKHIRAT




“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (Kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash:77)
            Beriman akan adanya Hari Akhir merupakan salah satu rukun iman, Seorang mukmin meyakini bahwa dunia ini akan berakhir, manusia kembali dibangkitkan diminta dipertanggung jawaban atas semua perbuatannya dihadapan Allah Hakim Yang Maha Adil dan menerima keputusan yang berlaku untuk selamanya. Siapa yang amalnya baik berbahagialah selamanya dan itulah kebahagiaan yang sejati dan siapa yang amalnya buruk sengsaralah selamanya dan itulah kesengsaran sejati. Perbuatan kebajikan walaupun sedikit akan menndapatkan balasan, perbuatan kejahatan walau sedikit juga akan mendapatkan balasan.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihatnya (balasan)nya juga.” (QS. Al-Zalzalah : 6-7)

BAHAGIA DUNIA

          Sekarang ini kita hidup di Era dunia, merasakan dan membayangkan nikmatnya dunia dengan rasa yang bisa ditangkap oleh indra kita, sesuatu yang menyenangkan nafsu dianggap sebagai kebahagiaan. Ukuran kebahagiaan tentulah relatif satu dengan yang lain berbeda. Seotang anak sudah merasa bahagia ketika mendapatkan mainan yang diinginkan, seorang remaja merasa bahagia bisa mendapatkan teman yang diidamkan, seorang pedangang merasa bahagia karena usahanya sukses, seorang pegawai merasa bahagia karena bisa menduduki suatu jabatan tertentu.
            Karena dunia itu terbatas maka kebahagiaan dunia juga terbatas, timbul kebosanan dan tumbuh keinginan yang lebih sesuai pertumbuhan manusia yang makin dewasa dan pintar. Disisi lain menghadapi timbulnya kebosanan manusia membuat berbagai kreasi dan fantasi agar tidak jenuh memoles dan menghiasi menjadi sesuatu yang sangat menarik sehingga tumbuh hasrat manusia untuk bisa menikmati bahkan tidak jarang manusia begitu terpikat oleh kecantikan dan kemolekan dunia dan menganggapnya sebagai kesenangan sejati yang tidak boleh terlewatkan. Kecantikan dunia membuat sebagian manusia mabuk dunia (harta) mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan menguasai tanah, usaha dan kekuasaan menganggap harta dunia mampu mengekalkannya, tetapi kadang melupakan TuhanNYA sampai maut menjemput.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk kedalam kubur.” (QS. At-Takaatsur : 1-2)

            Ada juga manusia yang begitu tergoda dunia sehingga menggadaikan seluruh hidupnya untuk mencapai kebahagiaan dunia walaupun di akherat bakal celaka.
“Dan sebagaian manusia ada yang memohon “Ya Tuhan kami karuniailah kami kebahagiaan di dunia ini, dan di akherat nanti tak suatu apapun yang mereka peroleh.” (QS.Al-Baqarah : 200)
            Banyak orang yang tertipu dengan dunia padahal kesenangan dunia hanya sementara.
“Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan permainan dan senda gurau belaka.” (QS. Al Ankabut : 64)

KEBAHAGIAAN AKHERAT
          Kebahagiaan akherat adalah kebahagiaan yang sejati, kekal selama-lamanya. Kesenangan dan kenikmatan tanpa batas, tidak ada lagi aturan dan syari’at seperti di dunia, tak ada lagi keluhan, tak ada kesulitan, tak ada cerita susah, tak ada bosan, tak ada kata tidak senang, tak ada dosa, yang ada hanya canda ria gembir menikmati nikmanya kehidupan surgawi. Allah ridha senang kepada hambanya yang patuh dan taat atas semua aturan (perintah dan larangannya), mereka pun ridha dan senang kepada Allah dengan menunjukkan baktinya berupa ibadah (semua amalnya hanya untuk Allah SWT semata).
“Balasan mereka disisi Tuhan mereka ialah surge ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”  (QS. Al Bayyinah : 8)

MENGUTAMAKAN AKHERAT
            Seorang mukmin memiliki tingkat kecerdasan yang normal, kalau di minta memilih, upah sedikit dengan upah yang banyak tentu memilih upah yang banyak. Memilih barang palsu dengan yang asli tentu memilih yang asli, memilih kenikmatan sesaat dengan kenikmatan yang abadi, memilih kesenangan sementara dengan kesenangan selamanya, antara kebahagiaab semu dengan kebahagiaab sejati, tentu memilih kebahagiaan sejati. Begitu perumpamaan perbedaan secara extrim antara kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akherat, kenyataannya banyak juga orang yang lebih memilih hanya kebahagiaan dunia.
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akherat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’la : 16-17)

            Orang kafir memilih kebahagiaan dunia karena mereka memang tidak yakin adanya hari akherat, tapi seorang mukmin yang yakin akan adanya akherat tapi lebih memilih duniaa berarti mungkin kurang cerdas atau ragu terhadao keyakinannya Allah SWT memerintahkan agar mengutamakan kebahagiaan akherat dengan berjuang, berusaha untuk memperolehnya tanpa melupakan kebahagiaan dunia.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagian-mu dari kenikmatan dunia.” (QS. Al Qashash : 77)
            Sikap mengutamakan akherat ini sangat penting dalam menentukan sepang terjang prilaku manusia, karena orang yang memiliki sikap ini akan memilih perilaku yang terbaik yang diridhai Allah, sebaliknya orang yang mengutamakan akan melakukan segala sesuatu untuk mencapai keinginan hawa nafsunya, mengabaikan pranata hokum dan social dan tujuan akherat pun lewat. Kata pepatah “Menanam padi rumput ikut, menanam rumput padi luput.”
            Setiap manusia memiliki hati nurani, ratio dan nafsu. Hati nurani menerima Nur Ilahi berupa kebenaran hakiki, ratio berfikir menimbang dan memperhitungkan; nafsu memiliki keinginan yang meledak-ledak tak punya batas dan berada di semua lini, karenanya kita yang harus menentukan batas dan lininya. Kalau hati nurani bersinergi dengan ratio menentukan arah nafsu maka manusia berada di jalan yang diridhai, sebaliknya kalau hawa nafsu yang bersinergi dengan ratio menekan hati nurani maka manusia akan membahayakan diri dan lingkungannya, melakukan perusaakan di bumi.
            Praktek kejahatan seperti korupsi, kolusi, perampokan, perampasan, penipuan dan tindak kejahatan lainnya disebabkan prilaku manusia yang mengikuti hawa nafsunya tertipu oleh kesenangan sesaat. Mencari kebahagiaan akherat tanpa melupakan dunia menjadi prinsip, karena mentaati perintah Allah SWT yang menjadikan Allah Ridha di akherat juga membuat kehidupan didunia menjadi nyaman, nikmat dan bahagia.
“Dan sebagian lain dari manusia itu yang memohon “Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan hindarkanlah kami dari siksa neraka.”  (QS. Al Baqarah : 201)

            Semoga Allah SWT, membimbing jalan hidup kita di jalan yang diridhaiNya. Amiiinnn.

Wallahu A’lam Bish Shawab
Oleh : Drs. H. Sulhan Supeno


Share this article :
+
arrow_back
Sebelumnya
arrow_forward
Selanjutnya
0 Komentar untuk "MENGUTAMAKAN KEBAHAGIAAN DI AKHIRAT"